Pages

Selasa, 30 Agustus 2011

(GoVlog-Ramdhan) Perbedaan Hari Lebaran

اَ·اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ

Setiap tahun, di Indonesia (hampir) selalu terjadi perbedaan Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat Islam di Indonesia, yaitu antara Muhammadiyah, NU, Persis, Ahmadiyah, Tarekat, dan masih banyak lagi. Kita sebagai bangsa Indonesia yang saling terbuka harus bisa menerima pendapat mereka.

Seperti yang kita tahu, Hari Raya Idulfitri itu jatuh pada tanggal 1 syawal. Lalu, apa yang membuat adanya perbedaan penanggalan 1 syawal ini? Metode. Perbedaan metode yang menyebabkan terjadinya perbedaan penetapan 1 syawal. Ada 2 metode yang bisa digunakan untuk menetapkan 1 syawal. Yaitu metode rukyatul (biasa di anut Nahdlatul Ulama ) dan metode hisab (biasa di anut Muhammadiyah). Hisab adalah metode penanggalan dengan cara perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan. Sedangkan metode Rukyat adalah dengan cara mengamati hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak.

Hasil dari kedua metode inilah, yang (kadang) berbeda. Mungkin tahun ini adalah perdebatan terbesar dalam menentukan 1 syawal bagi Indonesia. Karena pemerintah sudah terlanjur menetapkan 1 syawal pada kalender yang beredar di masyarakat, namun ternyata belum ada kepastian kapan tepatnya 1 syawal. Hingga akhirnya pemerintah pun menetapkan 31 Agustus 2011 sebagai Hari Raya Idulfitri 1432 H. Ini bisa dijadikan pembelajaran bagi Indonesia untuk menentukan 1 syawal dengan lebih bijak lagi. Tapi ini semua kembali kepada kepercayaan kita masing-masing. Kita manusia sangat dekat dengan kesalahan. Masalah "Lebaran hari ini, Lebaran besok lusa" itu yang menganggap betul atau salahnya hanya Allah swt.


Sabtu, 27 Agustus 2011

(GoVlog-Ramadhan) Asal Usul THR (Tunjangan Hari Raya)





Kata THR, atau Tunjangan Hari Raya, begitu familiar terdengar di telinga kita. Namun, tidak banyak orang yang tau asal muasal THR tersebut. Dunia perkantoran lebih familier dengan kata THR ini. Mereka menyebutnya gaji ke 13. Misalnya seperti ini


Misal Gaji per-bulan : Rp 4 juta
Maka Gaji per-minggu: Rp 1 juta (1 bulan-> 4 minggu. Maka 4 dibagi 4)

Dalam setahun ada 12 bulan atau 52 minggu

Gaji 1 tahun; 52 minggu: 52 x 1 juta = Rp 52 juta
Gaji 1 tahun; 12 bulan : 12 x 4 juta = Rp 48 juta

Ternyata ada selisih antara gaji 52 minggu, dengan gaji 12 bulan, yaitu Rp 4 juta
Selisih inilah yang disebut dengangaji ke-13 atau THR

Jadi buat para karyawan, apabila anda mendapat THR atau gaji ke-13, itu adalah uang anda sendiri. Itu hak anda. Bukan bonus atau pun hadiah yang diberikan oleh atasan anda. Lalu bagaimana dengan THR yang biasa diberikan kepada anak-anak? Apakah itu gaji ke-13 mereka? Sepertinya itu tidak mungkin. THR yang biasa diberikan kepada anak-anak, mungkin itu modernisasi perkembangan jaman. Ada juga beberapa daerah atau suku di Indonesia, yang tidak suka memberi uang THR kepada anak ataupun saudaranya. Bapak saya yang asli orang Jawa, sudah terbiasa diberi THR oleh orang tua dan saudara-saudaranya sejak kecil (Orang jawa biasanya menyebutnya mecing), sedangkan Ibu saya yang orang Sunda, tidak terbiasa diberi THR sejak kecil. Bisa jadi THR yang biasa diberikan kepada anak-anak, adalah dampak dari akulturasi budaya China. Mereka sudah terbiasa memberikan angpao kepada anak-anak mereka ketika Imlek.






KISAH BOCAH MISTERIUS DI BULAN RAMADHAN

Beberapa tahun silam saya menemukan di sebuah milis posting menarik dan menggugah bertajuk“Bocah Misterius”. Karena itu saya merasa perlu mempublishnya lagi di Ramadhan ini.
Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua.
Sungguh menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya.

Seorang pengurus masjid mendapat laporan dari orang-orangkampung mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu. Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga!

Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah. Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma, ya itu tadi, bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. “Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini.

Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu. Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya.

“Ada apa bapak melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.

“Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,”apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..” Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak kecil itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi, dan tiba tiba berkata dengan lantang.

“Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua!
Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?!
Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinan pada sebelas bulan diluar bulan puasa?
Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?
Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?
Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?!
Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?” Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela.

Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

“Ketahuilah pak.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tidak ada makanan yang bisa kamimakan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.
Dan ketahuilah juga, justru bapak dan orang-orang di sekeliling bapak lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri?
Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri?
Pak.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula.
Pak.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…!
Pak.., sadarkah Bapak akan ketidak abadian harta?
Sadarkah apa yang terjadi bila bapak dan orang-orang sekeliling bapak tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya bapak dan orang-orang di sekeliling bapak bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat..
Tahukah Bapak akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?
Pak.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi.
Jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan ‘tuk setahun,
Jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….”
Entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya!

Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya. Sekarang yang ada dipikirannya sekarang, entah mau dipercaya orang atau tidak, ia ingin sekali menjelaskan hikmah perkataan bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

(Sumber: http://situslakalaka.blogspot.com/2011/08/bocah-misterius-di-bulan-ramadhan.html )

Senin, 22 Agustus 2011

(GoVlog-Ramadhan) Jangan Ngasih Angkot Penuh Dong!

Kala itu terik. Minggu 21 Agustus 2011. Aku habis pulang Try Out dari bimbel bareng temen, Anin. Pulang kan tuh, naik angkot. Pas sampe perempatan kliningan, biasa angkot suka mejeng (baca;ngetem). Disitu udah ada 3 angkot yang ngetem. Angkot kita berhenti di belakang sebuah angkot yang udah duluan ngetem. Tiba-tiba ada dua orang gadis remaja naik angkot kita. Pas mereka duduk di angkot, supir angkotnya ngomong:

"Neng neng, naik angkot yang di depan aja neng sok" Kata Mang supir nyuruh kedua gadis itu pindah. Maklum, mang supirnya takut berantem sama supir angkot yang di depan . Secara angkot yang di depan udah lebih dulu nunggu penumpang. Padahal angkot kita waktu itu agak kosong.

Pindahlah kedua gadis itu ke angkot depan. Tapi tiba-tiba kedua gadis itu ngga jadi naik angkotnya. Mang Supir pun nanya:

"Kenapa neng, kok ngga jadi naik?"

Dengan ketusnya salah satu gadis itu ngejawab:

"JANGAN KASIH ANGKOT PENUH DONG!"

Ternyata angkot di depan itu udah penuh. Aku dalam hati ngucap istigfar. Astagfirullahaladzim. Mana mang supir angkot tau sih, kalo angkot di depan itu penuh? Lagian kan niat mang angkotnya baik, mau ngasih penumpang ke temennya. Ngasih rezeki! Walaupun penumpang di angkotnya cuma sedikit. Dan yang terpenting, ini adalah bulan puasa! Bulan dimana kita harus bisa menahan amarah, jauh lebih bersabar, mendekatkan diri kepada Allah. Kita hanya dituntut satu bulan untuk melaksanakannya. Masih ada sebelas bulan bagi kita untuk bisa mengeluarkan amarah. Walaupun misal si gadis sedang tidak berpuasa, setidaknya hormatilah. Bertoleransi! Sekalipun itu cuma supir angkot, dia lebih tua dibanding kita. Akhirnya Angkot yang aku naikin pun pergi ninggalin kedua gadis remaja itu yang sibuk nyari angkot lagi.


(GoVlog-Ramadhan) Neng neng, satenya belom dibayar

Puasa tahun lalu, aku sama teman lama, Arfi, Hana, Mimi, Aqeu, Qita, nonton di bioskop di salah satu Mall, sambil nunggu buka puasa. Kita pun pergi ke Bioskop untuk nonton. Beres nonton film, sekitar jam 17.55. Itu tandanya 5 menit lagi bedug Magrib. Kita ber-6 pergi ke food court di lantai 3 sebagai tempat untuk mengucap Allahumma Lakasumtu. Sayangnya, food court udah penuh waktu kita kesana. Bisa aja sih kita makan disitu, tapi kepisah-pisah. Melangkah deh kaki kita ke lantai dasar. Di lantai dasar banyak restoran yang masih nyediain tempat dan ngga terlalu penuh. Tapi ngga ada satupun restoran yang nyediain tempat yang pas sama dompet kita-kita. Ngga mungkin kan, kita pulang telat ke rumah gara-gara nyuci piring karena ngga bisa bayar makanan? Akhirnya kita pergi keluar Mall untuk nyari restoran, yang ternyata keadaanya jauh lebih parah daripada food court. Orang-orang aja ngantrinya sampe keluar restoran.

"Udahlah, makan nasi goreng dipinggir jalan juga ngga apa-apa. Buat buka nih" ujar Arfi
"Iyalah, tuh ada tukang soto. Udah di situ aja" timpal mimi

Kita semua akhirnya makan di pinggir jalan. Pilihan lebih banyak, harga porsi anak-anak. Aku beli sate padang. Arfi, Mimi, Aqeu, Qita pada beli soto. Hana beli nasi goreng. Udah beres makan, kita pun bayar. Karena takut ribet sama pembayarannya, kita semua ngumpulin uang kita ke Aqeu. Biar nanti Aqeu yang ngebayarin ke abang makanannya.

Abis beres bayar, kita semua pergi ke toko buku daerah situ. Soalnya Arfi disuruh sama mamahnya beli majalah. Keadaanya lagi rame, kan habis pada buka puasa. Tiba-tiba, pas udah mau deket toko buku, ada mas-mas yang ngejar-ngejar kita sambil teriak:

"Neng neng, itu sate padangnya belum dibayar. Neng, neeeeng , , , " ternyata itu suara abang sate padang.

"Hah, belum dibayar? Udah ah mang! Bukannya udah keu, tadi sama kamu?" aku malihin muka ke Aqeu yang tatapan wajahnya bingung setengah pengen ketawa. Dengan polosnya Aqeu menjawab.

"Hah, bayar apa? Yang mana? Aku lupaaaaaa , , , "

Buuuuush. Langsung meroooood ke kedalaman 100 kilometer. Waktu serasa slow motion. Orang-orang di sekitar pada ngeliatin sambil nunjuk-nunjuk. Ada juga yang bisik-bisik ke temennya. MALU ABIS! SERASA TERORIS! Ternyata Aqeu lupa bayarin sate padang yang aku beli. Soalnya dia juga ribet pas tadi bayar. Akhirnya aku bayar "lagi" sate padangnya. Aku langsung masuk ke toko buku sambil jaim-jaim belagu kepalang malu.

"Aqeeeeeeu, kenapa belom dibayar? Sumpahlah ini malu banget! Mana banyak orang lah pada ngeliatin!"

"Maaf beeep, abis lupa, tadi kan aku juga riweuh" Kata Aqeu sambil nahan tawa. Temen yang lain sih udah meledak daritadi.


Ini Foto-foto waktu buka bersama







Sabtu, 20 Agustus 2011

(GoVlog-Ramadhan) Kata Bapak TB, Lariiiiiiiii

Rasanya aneh, jika tidak mendengar suara petasan saat Tarawih (di Indonesia tentunya). Petasan sepertinya sudah menjadi hal wajib yang harus dimainkan oleh anak-anak saat Tarawih. Begitu juga Zharfan, adik yang paling bungsu, kelas 5 SD. Awal bulan puasa saja khusu shalat, kesananya, DAR DER DOR! Korek di tangan kiri, petasan di tangan kanan. Ngga lupa baca Bismillah sebelum main petasan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan(Ckck). Seperti biasa, Zharfan dan teman-teman, Selasa lalu, 16 Agustus. Korek di tangan kiri, petasan di tangan kanan. DAR DER DOR! Serasa berada di jalur Gaza. Tak jauh dari tempat Zharfan dan teman-teman bermain petasan, ada penjual nasi goreng gerobak. Si emang nasi goreng yang merasa terganggu, mulai marah. Dia mengambil cabe dan nasi, lalu melemparkannya ke Zharfan dan teman-teman. Zharfan dan teman-teman yang merasa tidak punya niat untuk mengganggu emang nasi goreng, merasa kesal dengan emang nasi goreng tersebut.

"Ih, ngapain sih itu si emang? orang kita engga ngeganggu dia. Lagian juga kita kan engga terlalu deket main petesannya sama si emangnya." Celetuk temannya Zharfan.

Karena merasa kesal, Zharfan dan teman-teman pun semakin menjadi. Mereka malah melempar petasan-petasan itu, ke arah emang nasi goreng. Emang nasi goreng yang semakin jengkel, meninggalkan dagangannya dan mulai mengejar Zharfan dan teman-teman.

"Lariii, lariiii. Si emangnya marah. Buru kabur, lariiiiiiiiiiii!!!"

Beruntung Zharfan memisahkan diri sehingga tidak ikut kena semprot si emang tukang nasi goreng.






Jumat, 19 Agustus 2011

(GoVlog - Ramadan) Ka, Ka, Itu Shalatnya Salah

Ini terjadi Ramadhan tahun kemarin. 15 Agustus 2010 kalau ngga salah. Waktu itu temen sekelas bikin sebuah acara yang paliiiiiiiing ngetrend di bulan Ramadhan. Apakah itu? Yap, Buka Bersama! Sebulan itu, biasanya nyampe 15 kali deh, buka bareng sama temen. Alamat THR habis sebelum waktunya. Okey, back to the story, setelah perundingan lama yang menghabiskan 3 jam (curi-curi) pelajaran, diputuskan bahwa buka bersama diadakan di rumah Rizfi. Anak-anak yang ngga tau rumahnya, disuruh ngumpul dulu di sekolah jam setengah 5.
Set set set, akhirnya kita pigi tuh, konvoy ke rumah Rizfi. Nyampe sana tuh baru sekitar jam 5an. Anak-anak mulai nyibukin diri sambil nunggu buka puasa. ada yang belajar motor, nyari cemilan, cepuluh, cebelas (?) ada yang ngegosip (karena udah mau buka mereka fikir tak apa bila bergosip :)

"Dug Dug Dug Dug"
"Allahu Akbar, Allaaaaaahu Akbar"

Alhamdulillah, akhirnya buka puasa juga. Takjil disebar, minuman disiapkan. Karena takut tempat shalatnya penuh, saya bersama seorang temen mutusin untuk shalat duluan, supaya nanti engga berebutan. Okey, akhirnya kita berdua menyasarkan diri ke lantai dua untuk shalat, kebetulan mushala terletak di lantai 2. Byar byur byer, selesai kita ambil wudhu, shalatlah kita. Rakaat pertama berjalan lancar bebas hambatan. Menjelang rakaat kedua menuju ruku, terdengar suara anak kecil di sayup-sayup bacaan,

"Ka, Ka, Shalatnya salah, Shalatnya salah Ka,"

Begitu berulang-ulang. Karena kebetulan yang sedang shalat hanya berdua, pasti itu suara ditujukan pada saya dan temen saya. Penasaran, ketika duduk diantara dua sujud saya menolehkan kepala. Benar saja, ada seorang gadis kecil, Anja (adiknya Rizfi) tengah berkata

"Kak, itu Shalatnya salah. Kiblatnya bukan ke arah situ, tapi ke sini"

GUBRAK!


Ini Foto waktu bubar di rumah Rizfi






Rabu, 17 Agustus 2011

(GoVlog-Ramadan) Sekarang Tuh Baru Jam 15.10

Berhubung sudah kelas 3 SMA, saya mutusin untuk ikut bimbel (bimbingan belajar). Secara pengen-pengen banget keterima di ITB BAndung (Harga mati nih). Akhirnya, saya ikut bimbel yang lokasinya engga terlalu jauh dari sekolah. Lagipula disana banyak temen satu sekolah.

Nah, nah, nah, berhubung sekarang bulan Ramadan, jadwal di bimbel itu tuh diganti. Yang tadinya masuk jam 15.30 WIB, jadi jam 13.45. Berhubung hari ini hari bimbel pertama di bulan puasa, kitorang masih aga janggal sama pengaturan waktunya. Jam 15.00 kita istirahat. Anak-anak langsung pada ke mushala, mau shalat ashar. Habis kalo shalatnya dinanti-nanti, suka penuh mushalanya (maklum, kelas 3 langsung pada rajin ibadah :) Kebetulan waktu itu saya lagi halangan, jadi engga shalat ashar. Temen kaya Anin, Ayu, Ari, Icha, langsung buru-buru ke mushala, kan takut penuh. Buka sepatu, ambil wudhu, pake mukena, "Allahu Akbar"Ruku, i'tidal, sujud, duduk antara dua sujud, tasyahud akhir, "Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakathu"Akhirnya, beres juga shalatnya. Pukul 15.10

Tiba-tiba, sebuah suara menghujam sepi, sangking menghujamnya, anak-anak pun ikut terhujam. Mengapa? Beginilah bunyi suara tersebut:

"Emangnya udah adzan Ashar?"

Anak-anak yang baru aja beres shalat, bertransformasi menjadi patung. HENING. Anak yang lagi pake sepatu aja sepatunya sampe lepas. (shock effect:)) Akhirnya ada suara menerangi hening,

"Emangnya adzan asharnya jam berapa"

Sebuah jawaban gaib dari antah berantah menyahut "Jam 15.22"






Jumat, 12 Agustus 2011

(GoVlog-Ramadan) Dari Pengunjung Turun Ke Hati

Kejadiannya tanggal 9 Agustus 2011. Waktu itu temen sekelas ngadain bubar. Di salah satu restoran, di salah satu Mall di Bandung. Kita nyampe di restorannya sekitar jam 5. MASIH SANGAT SEPI! Cuma ada sang KM yang lagi ngejagain tempat. Satu persatu pun temen-temen pada dateng. Makanan juga udah mulai pada bertebaran di meja. Emang sih, (aga) terlalu cepet. Ntar kan jadi dingin makanannya.
5,,,4,,,3,,,2,,,1,,,
"Allahu Akbar Allahu Akbar"

Akhirnya Adzan juga. Tapi sayang, minumannya baru dateng sebagian. Ngga apa-apa deh, kan bisa wisata kuliner ke yang udah dapet minum. Cekrak Cekrek, foto sana foto sini, ambil makanan disana sini, sampai semuanya udah pada beres makan. Kita semua mulai beres-beres makan, mau pulang. Pas anak-anak udah mulai keluar restoran, tiba-tiba ada seorang pramusaji nyamperin temen cewe namanya Nidi,

` "Eh teh, namanya syapa? Dapet salam itu dari Koki"

Otomatis anak-anak yang masih ada di dalem Resto ber"ciyeee" ria. Kontan para pengunjung langung ngeliatin kita. Nidi sang sasaran mulut sama tangannya sibuk "Syuuut, syuuut, maluuuuu, udah dieeeem." Mukanya meraaah abis. Akhirnya kita mutusin keluar semua karena kasian sama Nidi. Tepat sebelum kita keluar, mba-mba parmusajinya ngedeketin lagi.

"Kata Koki, boleh minta nomer hp ngga?"

Semakin aja muka nidi merah. Kita semua langsung keluar restoran. Nidinya ngajak kabur, takut dikejar sama kokinya. Hahaha, ada-adaaaaaaa aja!



Ini nih, yang namanya nidi, yang di di tengah pake baju item







(GoVlog-Ramadan) Loh, ini sendal siapa?



Kalo ngga salah waktu itu umur 6 tahun. Sekitar tahun 2000. Waktu itu kebetulan bulan Ramadhan lagi di Tegal. Kampuang tercintah sang Ayah. Udah mulai belajar tarawih tuh, waktu itu. Walau pake mukena kedodoran punya mamah (sangking gedenya, mukenanya sampe melorot ke leher) yang penting tarawih jalan. Ada dua mesjid di deket rumah tuh. Satu yang dekeeet banget (mesjidnya sebelah rumah) satu yang jauh. Cuma, saudara sepupu waktu itu pada mau shalat tarawih di tempat yang jauh. Maka, daripada shalat sendiri di mesjid sebelah kaya anak ayam ilang di tumpukan jerami, dan emang engga ngerti bahasa Jawa, ngintil deh sama saudara sepupu ke mesjid yang jauh.
"Allahu Akbar"

Shalat pun dimulai. Yang nulis ini sih ngga shalat, sibuk benerin mukena yang melorot terooos. Pas shalat tarawih udah beres, saudara sepupu langsung ngajak pulang cepet-cepet. Gatau kenapa. "takut ada yang ikut kalo pulang malem- malem" katanya sih gitu. Yaudah, daripada ditinggal sendiri di mesjid yang jauh (bukan kaya anak ayam lagi, tapi kaya anak kutu nyasar di tumpukan jerami). Berhubung penerangan di mesjid kurang menjamah setiap centi mesjid, aga celingukan pas nyari sendal. Alhamdulillah akhirnya ketemu sendalnya. Langsung deh nyusul saudara sepupu ke tempat parkir, yang emang kebetulan naik motor ke mesjidnya.

Pas pagi-pagi mau pergi ke pasar nemenin saudara, celingukan nih nyari sendal. Nanya ke Umi, ke Ayah, ke Kaka, pada ngga liat. Ngubek rumah saudara, yang diujung kiri, tengah, belakang, kanan, juga pada ngga ngeliat. Mana dong? Tadi malem kan ada? Ngga mungkin kan, sendal yang udah dipake selama 2 tahun itu ternyata jelmaan, dan sekarang udah ngga tahan sama bau kaki yang make hingga akhirnya lebih memilih balik jadi jelmaan? Sangat TIDAK MUNGKIN sepertinya. Sampe akhirnya ada satu sendal di deket pintu yang daritadi ngga disentuh sama siapa pun. Pas diliat-liat, sekilas kok aga mirip sendal yang ilang yah? itemnya sama, ukurannya sama, bentuknya 11-11,5 (11 12 udah basi :) lah ngga jauh beda. Oh ada yang beda, merknya saudara-saudara! Wah kayanya salah ngambil sendal nih. Padahal sendal yang ilang itu udah sendal paling epos laaah. Yasudahlah, emang udah saatnya musti ganti , , , merk :)






Kamis, 11 Agustus 2011

(GoVlog-Ramadan) Kumpul Bocah Bulan Ramadhan

Di setiap bulan Ramadhan, ada salat istimewa yang engga ada di bulan-bulan lainnya. Tak lain dan tak bukan adalaaaah, , , yap! 100 buat yang menjawab SHALAT TARAWIH. Mulai dari anak kecil, teteh, akang, mba, mas, papah, mamah, kakek, nenek ada semuanya komplit kalo Tarawih. Tapi ada satu hal yang paling bikin rame kalo lagi Salat Tarawih. Yap, anak-anak! Ya, tidak dapat dipungkiri bahwa anak kecil memiliki kekuatan 100 tenaga kuda. Apalagi kalo udah bawa petasan, widiiiih, serasa tahun baru terooos! Selama 1 bulan


Ada salah satu cerita unik nih dari temen, namanya Viani. Rumahnya itu di daerah panyileukan Bandung. Kejadiannya pas bulan Ramadan, pas salat tarawih. Paling males kan tuh, kalo shalat tarawih, imamnya udah tua. Udah gerakannya lama, bacanya juga lamaaaa banget. Kaya imam shalat Tarawih kali ini. Imamnya udah tuaaaa banget, udah sepuh. Sampe-sampe, pas baca surat Al-fatihah, kaya gini:

"Bismillahirrahmanirohihihihihihihihim"
"Alhamdullilahirrabbil'alamimimimimin"

Rada bergetar gitu suaranya, kaya penyanyi sopran nyengsol sesuatu di tenggorokannya :)) surat al-fatihah pun selesai dibaca. Surat kedua mulai mengalun. Sang imam memilih surat Ad-dhuha.

"Bismillahirrahmanirohihihihihihimhim"
"Wad dhuhahaHAHAHAHAHAHAHAHA"

tiba-tiba sebaris anak kecil yang lagi solat di saf depan ketawa-ketawa "HAHAHA" pas imamnya lagi baca surat Ad-Dhuha ayat pertama. Kontan para jamaah yang lain ngga bisa nahan ketawa dan sebagian membatalkan shalat Tarawihnya. Untungnya sang imam memakai kekuatan iman tembus pandang sehingga ngga ikut-ikutan batal.
I think the kid can do everything