Pages

Selasa, 30 Agustus 2011

(GoVlog-Ramdhan) Perbedaan Hari Lebaran

اَ·اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللّهُ اَللّهُ اَكْبَرُ، اَللّهُ اَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدِ

Setiap tahun, di Indonesia (hampir) selalu terjadi perbedaan Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat Islam di Indonesia, yaitu antara Muhammadiyah, NU, Persis, Ahmadiyah, Tarekat, dan masih banyak lagi. Kita sebagai bangsa Indonesia yang saling terbuka harus bisa menerima pendapat mereka.

Seperti yang kita tahu, Hari Raya Idulfitri itu jatuh pada tanggal 1 syawal. Lalu, apa yang membuat adanya perbedaan penanggalan 1 syawal ini? Metode. Perbedaan metode yang menyebabkan terjadinya perbedaan penetapan 1 syawal. Ada 2 metode yang bisa digunakan untuk menetapkan 1 syawal. Yaitu metode rukyatul (biasa di anut Nahdlatul Ulama ) dan metode hisab (biasa di anut Muhammadiyah). Hisab adalah metode penanggalan dengan cara perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan. Sedangkan metode Rukyat adalah dengan cara mengamati hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak.

Hasil dari kedua metode inilah, yang (kadang) berbeda. Mungkin tahun ini adalah perdebatan terbesar dalam menentukan 1 syawal bagi Indonesia. Karena pemerintah sudah terlanjur menetapkan 1 syawal pada kalender yang beredar di masyarakat, namun ternyata belum ada kepastian kapan tepatnya 1 syawal. Hingga akhirnya pemerintah pun menetapkan 31 Agustus 2011 sebagai Hari Raya Idulfitri 1432 H. Ini bisa dijadikan pembelajaran bagi Indonesia untuk menentukan 1 syawal dengan lebih bijak lagi. Tapi ini semua kembali kepada kepercayaan kita masing-masing. Kita manusia sangat dekat dengan kesalahan. Masalah "Lebaran hari ini, Lebaran besok lusa" itu yang menganggap betul atau salahnya hanya Allah swt.


3 komentar:

mz arifin mengatakan...

kalau mau tak beda hari 'iidulfithri,
maka yg perlu disepakati adalah
kriteria kapan mulai, dan kapan mengakhiri bulan hijriyyah.

harus bisa disepakati bahwa bulan hijriyyah adalah bermula dari saat ijtima', ke/ sampai saat ijima' berikutnya.

kita laksanakan puasa sesuai perintah Allooh:
fa man syahida min kumusy syahro, fal yashum hu.

ijtima' akhir romadhoon adalah di senin jam 10.05 wib, maka sejak jammtersebut romadhoon sudah habis, puasa dilanjutkan sampai maghrib, selasa ber'iidulfithri.

tak perlu meru'yah, tak perlu hitung wujud hilaal.
kalau ini tak disepakati, kan selalu ada beda.

Originally Afra mengatakan...

terima kasih infonya mas :))

al-ahmed mengatakan...

buat MZ arifin... bukankah nabi bilangnya berpuasa atau berbuka dengan melihat hilal (meru'yah)...?! jadi jangan ngeliat ijtima'.... afwan klo salah...

Posting Komentar